Setelah bertahan lebih dari 5 setengah tahun di Kantor Pusat, Wisma Tugu II di bilangan Rasuna Said, akhirnya saya harus keluar kandang Juga. Manajemen menugaskan saya ke area Padang. Baiklah....saya ambil tantangan ini. Kawan bilang area ini paling sulit ditaklukan untuk project BTS. Karena masalah pertanahannya yang memang rumit. Tak kalah lagi problem komunitinya.
Lain masalah pekerjaan, lain pula masalah geologi. Daerah ini terkenal dengan intensitas gempanya yang tinggi. Setelah diporak porandakan oleh gempa 6 Maret 2007, kemudian menyusul gempa yang tak kalah hebat pada 30 September 2009 tercatat 7,9 SR. Kini setelah setahun lewat masyarakat Padang belumlah sembuh dari trauma. Gempa dengan skala lebih kecil masih sering terjadi hingga kini. Apalagi setelah gempa di Kepulauan Mentawai yang memicu tsunami, issue inipun membayangi penduduk Padang. Seakan dibuat tak bisa tidur nyenyak.
Dihari pertama saya tiba di Padang, seolah mata ini sulit diajak terpejam. Sampai larut malam saya diskusi soal pekerjaan dengan sesekali ngobrol topik lainnya. Bukannya saya tak capek setelah menempuh perjalanan jauh. Bagaimanapun kerisauan masyarakat Padang telah menghinggapi perasaan saya juga. Karena situasi inilah saya ambil kata-kata bijak : Cara menghadapi rasa takut adalah dengan menghadapinya. Dan setelah beberapa hari sayapun sudah bisa tidur nyenyak meski tetap harus jadi Masyarakat Siaga Bencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar