Selasa, Mei 31, 2011

Popping @ Pulau Bando - Pariaman




Ungkapan dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung serasa kurang lengkap tanpa tambahan disitu pula laut dipancing. Saat ini saya sedang ditugaskan perusahaan di daerah Sumatera Barat, jika ada waktu luang saya menyempatkan mancing di laut. Sumatera Barat terkenal dengan panoramanya yang indah demikian pula dengan perairannya yang kaya dengan spot-spot mancing yang potensial seperti Pesisir Selatan, Sungai Pisang, Bungus, Padang dan Pariaman. Pada awalnya saya kesulitan mencari teman mancing di tempat yang baru. Namun berkat saran Edwin, salah seorang teman di jejaring sosial facebook saya dikenalkan juga dengan Hafiz asal Pariaman dan Reynold asal Padang Panjang. Menurut Edwin jika ingin menjajal spot mancing di Pariaman sebaiknya dengan kedua teman tersebut. Karena sudah berpengalaman dan rutin mancing di Pariaman. Setelah sekian lama direncanakan akhirnya kami sepakat mengadakan trip mancing Popping di sekitar pulau Bando – Pariaman pada hari Minggu, 1 Mei 2011.


Berbekal rasa penasaran dan keinginan yang kuat karena baru bisa mancing setelah off selama dua bulan, saya berangkat dari Padang Jam 04.00 subuh tiba di muara Pariaman jam 05.00 sesuai rencana. Pada akhirnya terkumpulah 6 orang pemancing yaitu 2 dari Pariaman, 3 orang dari Padang Panjang dan saya dari Padang. Setelah melakukan berbagai persiapan, menaikan peralatan mancing dan perbekalan kapten mengarahkan kapal ke spot andalannya yaitu karang Pulau Bando. Spot ini ditempuh dalam waktu satu setengah jam. Dalam perjalanan kami mencoba trolling dan menghasilkan sekali strike ikan Barracuda seberat 2,5 kg yang di eksekusi oleh Uda Is.

Hari itu langit berawan, angin berhembus pelan sehingga udara sangat panas dan lembab, permukaan laut hanya menunjukan riak-riak kecil dan arus sangat ideal. Pendek kata, begitu kapal tiba di spot popper pun menghujani dari segala penjuru arah. Uda Is mengawali strike siang itu, pemancing asal Padang Panjang dengan popper “si pingky”. Popper berjenis stickbait dengan corak warna pink. Seekor bluefin travelly berukuran 3kg berhasil di taklukan tanpa kesulitan berarti. Hafiz dan reynold menyemangati saya “Ayo pa Agus, ikannya ada, rajin pangkal strike”. Menyusul kemudian strike ikan bluefin dan GT berukuran antara 3 sampai 5 kg oleh Uda Is dan Zen pemancing asal Pariaman. Pada saat “si pingky” sedang beristirahat setelah berhasil 3 kali strike, saya penasaran ingin mencobanya setelah sebelumnya tetap konsisten dengan popper andalan saya selama kurang lebih 5 jam. Benar-benar luar biasa, baru saya mainkan sekitar limabelas menit saya berhasil strike disaat stamina sudah terkuras. Reel menjerit nyaring dan line ditarik begitu kuatnya. Saya mencoba mengencangkan drag dengan harapan ikan tidak kabur terlalu jauh. Reynold mengingatkan agar drag jangan di set terlalu kuat untuk menghindari line putus. Setelah bertarung selama kurang lebih 7 menit, akhirnya saya berhasil mengkanvaskan GT pulau Bando seberat 10kg. Tanpa si pingky dan support dari teman-teman saya tidak yakin akan berhasil menaklukan ikan ini. Total strike trip ini adalah 1 Baracuda 2,5kg, 2 Bluefin travelly 2kg dan 3 kg, 5 ekor GT 3kg, 4kg, 5kg dan 10kg Akhirnya Zen menutup strike hari itu dengan ikan Dog Tooth seberat 2kg.

Sungguh pengalaman yang luar biasa baik itu spot maupun hangatnya bersahabat dengan para pemancing asal Sumatera Barat. Kawan menyebut ini sebagai strike sambutan selamat datang di Padang dan welcome to Pariaman. Dua minggu kemudian sayapun diundang mengulang trip di Pulau Bando lagi. Karena ada tugas yang tak bisa ditinggalkan saya tak bisa bergabung. Reynold menceritakan bahwa trip keduanya juga sukses strike 10 kali. Kabar dukanya adalah si pingky hilang digondol GT jumbo. Pada kesempatan balik ke Jakarta, saya pun menyempatkan membeli 2 buah popper dengan warna favorite pink. Pulau Bando, tunggu saya, saya akan kembali. Agus Suyanto

Rabu, Maret 02, 2011

Mahalnya berkumpul dengan keluarga


Bagi anda yang setiap hari bisa berkumpul dengan keluarga mungkin tak pernah terbayang betapa berharganya waktu berkumpul dengan keluarga. Pagi bisa sarapan bareng sebelum menuju tempat beraktifitas masing-masing. Malam bisa menonton acara favorit televisi keluarga. Memeluk dan mencium anak istri bisa kapanpun kita mau. Di akhir pekan bisa jalan-jalan dan makan ditempat yang disukai bersama. Shalat berjamaah, membantu mengerjakan tugas anak-anak, berdiskusi, dan bercanda. Wah.....pendeknya nikmat luar biasa.


Namun saat semua ada didepan mata kadang baru kita menyadarinya. Semua dianggap biasa-biasa. Bagi yang bekerja harus jauh dari keluarga, kata cuti sungguh sangat mewah apalagi jika biaya perjalanan dinas ditanggung perusahaan. Sebaliknya jika ada kepentingan keluarga diluar tanggungan kantor ijin tetap harus dilakukan. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan ekstra. Harus pandai-pandai mengatur isi kantong agar ekonomi keluarga tak terganggu.


Yang sedang berkumpul dengan keluarga nikmatilah, syukurilah. Yang sedang terpisah dengan keluarga bersabarlah, rencanakanlah dengan teliti. Agar momen-momen penting tak terlewatkan begitu saja. Cintailah keluargamu, mereka akan mencintaimu lebih.

Menyikapi Ahmadiah


Pemahaman saya mengenai Ahmadiyah hanya kulitnya saja. Tidak memposisikan diri sebagai yang pro dan kontra tetapi memandang dari sisi kemanusiaan dan hak azazi manusia. Dalam kerangka besar NKRI kebebasan terhadap keyakinan dijamin oleh udang-undang. Perbedaan juga dikemas oleh semboyan negara kita yang mulai terlupakan. Kita terhenyak kaget ketika orang nomor satu Amerika menyampaikan kekagumannya pada Bhineka Tunggal Ika pada kuliah umum disela-sela kunjungan kenegaraannya ke Indonesia. Mengapa kita yang memiliki malah melupakannya.


Ahmadiyah memiliki kesamaan dengan Islam, hanya berbeda pemahaman tentang kenabian yang terakhir. Sebagian yang lain memandang Ahmadiyah adalah agama baru karena Nabinya juga mendapat wahyu. Ada pandangan yang mengaitkan ini dengan upaya-upaya kolonial barat mengaburkan ajaran Islam yang murni di India pada masa penjajahan Inggris.


Bagi saya Ahmadiyah adalah keyakinan kelompok yang harus dihormati sebagaimana menghormati umat agama yang lain. Karena minoritas tak lantas kita sebagai umat Islam yang dipandang sebagai rahmat di alam semesta memperlakukan tidak adil. Kekerasan terhadap Ahmadiyah bukan membesarkan Islam, namun sebaliknya mengkerdilkannya. Kayakinan tak akan berubah dengan pendekatan anarkis. Dialog mungkin akan menyadarkan mereka yang kita anggap tersesat. Sadarlah wahai umat muslim terbesar di seluruh dunia.

Selasa, Maret 01, 2011

Menjaga Citra Dunia Mancing


Anggapan orang memancing hanya membuang-buang waktu dan pekerjaan orang malas lambat laun sudah berubah lebih baik. Memancing adalah salah satu hobby sama seperti yang lain tentu memerlukan waktu. Sama dengan main golf, sepakbola, semua perlu waktu. Jika memancing dianggap sebuah pekerjaan maka barang tentu dianggap membuang-buang waktu. Karena hasilnya yang kurang produktif. Produktif yang jadi ukuran? maka menangkap ikan dengan jaring lebih baik.


Seiring dengan publikasi lewat layar kaca, media cetak, dan elektronik hobby ini terus berkembang pesat. Club-club bermunculan bak jamur di musim hujan. Kolam pemancingan menjadi salah satu bisnis yang menggiurkan. Lomba mancing di kolam rutin digelar. Ada yang sedikit mengganjal dibenak saya. Apakah lomba mancing dengan uang pendaftaran dan hadiah besar yang "mirip-mirip" judi ini baik untuk citra dunia mancing?. Idealnya hadiah lomba disediakan oleh sponsor agar bau gambling hilang. Masalahnya sponsor mana yang setiap minggu bahkan setiap hari mampu berpartisipasi.


Saya pernah dengar ada kolam pemancingan "esek-esek". Dimana tempat memancingnya cukup tertutup. Nah inilah yang harus kita waspadai. Masyarakat umum dan penghobby mancing harus bereaksi positif menutup praktik ini. Betul atau tidak saya belum pernah lihat langsung. Sebagai pemancing sejati tak rela citra dunia mancing terpuruk. Mancing ya mancing tak perlu dibumbui judi atau mesum.


Senin, Februari 28, 2011

Andakah pribadi yang antusias ?


Kita sering dengar ucapan-ucapan semangat di wall akun FB teman-teman kita. Tak ada salahnya. Sedikit banyak juga akan mampu menaikan mood kerja. Namun siapa saja yang benar-benar antusias menghadapi kerja di hari Senin akan terlihat dari seberapa pagi kita tiba ditempat kerja, bagaimana ekspresi kita dan seberapa semangat menghadapi weekend.


Weekend adalah hak pekerja untuk sejenak keluar dari rutinitas. Diharapkan di awal minggu jiwa menjadi lebih fresh. Namun sebagian dari kita ada yang memanfaatkannya secara berlebihan dengan aktifitas berat hingga minggu malam. Jelas saja yang demikian akan menguras stamina dan mengurang waktu istirahat. Akibatnya senin pagi badan belum fit benar tapi sudah harus kembali menghadapi pekerjaan.


Pribadi yang benar-benar antusias bisa mengatur kemampuan dirinya dengan tidak menghabiskan seluruh energi saat akhir pekan. Mengusahakan mengakhiri kegiatan tak hingga larut malam agar memberikan kesempatan fisik beristirahat. Menyiapkan apa yang akan dikerjakan di minggu depan. Tak perlu digembar-gemborkan. Akan terlihat siapa yang antusias dan siapa pemalas.


Minggu, Februari 27, 2011

Tak perlu ijin istri untuk mancing.


Kadang saya suka kasihan kepada pemancing yang harus minta ijin kepada istrinya. Merengek-rengek dan tak jarang harus "menyuap" istrinya agar diijinkan. Mengapa harus minta ijin ? kedudukan suami adalah kepala keluarga. Keputusan didalam keluarga dialah yang memutuskan. Lain halnya dengan istri dan anak-anak, jika akan ada aktifitas diluar harus ijin kepada kepada keluarga.


Pemancing seperti itu memang patut dicurigai. Mungkin dimasa lalunya memiliki catatan buruk seperti pernah selingkuh. Menyalah gunakan kepercayaan, sehingga istri harus ekstra ketat menjaga pasangannya. Kalau sudah demikian bukan salah istri. Mungkin juga sang Istri memang memiliki sifat dasar cemburu yang berlebihan.

Bagi saya, yang perlu dilakukan sebelum mancing adalah pamit. Pamit adalah sopan santun jika kita akan pergi keluar rumah. Sehingga pada saatnya diperlukan anggota keluarga tahu kemana kita pergi. Dengan pamit baik-baik akan memperbaiki mood saat mancing. Suasana jadi lebih relax. Dengan demikian diharapkan trip kita akan sukses. Kalau pulang mancing bawa Tengiri dan Kakap Merah jumbo, saya yakin istri menyambut dengan senyum lebar didepan pintu. Dokumentasikan setiap ada trip juga akan menenangkan hati istri dari prasangka-prasangka. Jangan sekali-kali mengkhianati keluarga dengan alasan mancing. Kita sebagai pemancing mesti menjaga betul citra dunia mancing agar tetap baik. Tetaplah jadi pemancing, dan tetaplah setia kepada pasangan.






Kamis, Februari 17, 2011

Fenomena Cincin Matahari ( Halo ) di Padang


Hari ini, Kamis 17 Pebruari 2011 sekitar jam 12.00, warga padang disuguhi fenomena alam yang sangat indah. Kabar inipun menyebar via telepon dan jejaring sosial FB. Tak ingin kehilangan momentum banyak yang mengabadikan dengan camera. Saya pun tak ingin ketinggalan. Segera keluar kantor dan melihat pakai camera karena takut resiko kebutaan. Sebagian mengaitkan dengan fenomena yang terjadi pada 30 September 2009 yang lalu saat terjadi Gempa dahsyat. Namun sebagian besar warga padang telah memahami bahwa ini adalah kejadian alam biasa. Subhanallah.....keren juga ya.

Cuaca hari ini cukup cerah meski terdapat sedikit awan. Fenomena cincin Matahari atau disebut juga halo adalah fenomena optis yang terjadi karena pembiasan uap air oleh cahaya matahari sehingga kadang memunculkan pelangi mengelilingi matahari. Fenomena ini juga bisa terjadi pada saat bulan purnama.


Rabu, Februari 09, 2011

Nagari Saribu Gempa


Setelah bertahan lebih dari 5 setengah tahun di Kantor Pusat, Wisma Tugu II di bilangan Rasuna Said, akhirnya saya harus keluar kandang Juga. Manajemen menugaskan saya ke area Padang. Baiklah....saya ambil tantangan ini. Kawan bilang area ini paling sulit ditaklukan untuk project BTS. Karena masalah pertanahannya yang memang rumit. Tak kalah lagi problem komunitinya.
Lain masalah pekerjaan, lain pula masalah geologi. Daerah ini terkenal dengan intensitas gempanya yang tinggi. Setelah diporak porandakan oleh gempa 6 Maret 2007, kemudian menyusul gempa yang tak kalah hebat pada 30 September 2009 tercatat 7,9 SR. Kini setelah setahun lewat masyarakat Padang belumlah sembuh dari trauma. Gempa dengan skala lebih kecil masih sering terjadi hingga kini. Apalagi setelah gempa di Kepulauan Mentawai yang memicu tsunami, issue inipun membayangi penduduk Padang. Seakan dibuat tak bisa tidur nyenyak.

Dihari pertama saya tiba di Padang, seolah mata ini sulit diajak terpejam. Sampai larut malam saya diskusi soal pekerjaan dengan sesekali ngobrol topik lainnya. Bukannya saya tak capek setelah menempuh perjalanan jauh. Bagaimanapun kerisauan masyarakat Padang telah menghinggapi perasaan saya juga. Karena situasi inilah saya ambil kata-kata bijak : Cara menghadapi rasa takut adalah dengan menghadapinya. Dan setelah beberapa hari sayapun sudah bisa tidur nyenyak meski tetap harus jadi Masyarakat Siaga Bencana.

Trip Balas Dendam FFC-1

Setelah minim strike di FFC-1 ( Fun Fishing Cikubang - 1 ), Saya dan teman-teman Infratech Fishing Club merencanakan trip ini. Karena melihat potensi yang besar, jarak yang relatif dekat dari Jakarta, dan terutama biaya trip yang murah meriah. Awalnya banyak teman-teman IFC yang confirm dengan trip ini, namun karena alasan cuaca buruk akhirnya banyak yang membatalkan diri. Hari belakangan ini di media memang sedang banyak-banyaknya memberitakan cuaca buruk. Moto kami adalah rencana mancing harus tetap berjalan, namun jika cuaca tidak memungkinkan tentu tak perlu memaksakan diri.
Saya dan Ibath yang sudah merasakan spot di seputaran Cikubang-Bojonegara pada event FFC-1 akhirnya memutuskan tetap berangkat dengan tambahan anggota IFC Junior Riyan ( anak saya ). Berangkat dari Jakarta jam 04.00 dan tiba di pelelangan ikan tempat membeli umpan udang hidup jam 06.00 pagi. Tunggu punya tunggu tukang udang belum juga datang membuka lapaknya. akhirnya kami sempatkan sarapan kecil di warung kopi. Para pemancing dari sekitar Serang dan Bojonegarapun sudah berkumpul di tempat ini.
Setelah umpan udang hidup seukuran jari tangan didapat dengan harga 50rb per kg, kamipun meluncur ke dermaga Cikubang. Kapten Herman telah menunggu kami dan langsung menaikan peralatan dan perbekalan ke kapalnya. Sahabat Ari yang memfasilitasi kamipun sempat mengantar kami ke Kapal. Setelah berbincang sejenak kapal kami langsung tancap gas ke spot pertama Karang Tengah.
Kapten Herman cukup kesulitan menempatkan kapal pada koordinat yang tepat pagi itu karena arah arus yang belum terbaca..Maklumlah kebiasaan pemandu kapal disini kapten bekerja seorang diri tanpa dibantu ABK. Setelah beberapa kali setting jangkar dengan diiringi alunan surat Yasin dari HP Kapten kamipun mulai panen strike. Kaptenlah yang memulai strike pertama ikan Kakap merah ukuran sedang. Kemudian saya menyusul dengan strike Kakap Merah ukuran 2kg. Ibath pun menyusul dengan ikan yang sama. Pendeknya pagi yang masih dingin dan nyaris tanpa gelombang itu membuat kami terpaksa berkeringat meladeni perlawanan ikan di Spot Karang Tengah ini. Dan puncaknya, saya berhasil strike ikan Kue Rambe dengan ukuran yang lumayan besar. Tarik ulur line terjadi sekitar 10 menit. Dering drag reel turut menyemangati saya bertarung dengan ikan ini. Setelah ikan terangkat, sesi foto-foto tak kami lewatkan.
Setelah berpindah-pindah spot ke Karang Aseng, Karang Harapan, dan di belakang pulau panjang, Kami memutuskan kembali ke darat sekitar jam 03.00 karena angin dan gelombang sudah mulai datang dan strike juga sudah berkurang. Sungguh kami puas dengan Trip ini. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada Sahabat Ari dan Kapten Herman. Dengan hasil ini kamipun berjanji akan datang kembali diwaktu yang akan datang. Apalagi kabarnya bulan maret sampai april adalah waktu yang tepat mancing di daerah ini. Cikubang memang mantap....!